Wednesday, May 7, 2014

Seyakinnya, Sejatinya, Sepenuhnya

Ibarat seorang siswa yang baru saja selesai mengerjakan soal hitungan, kita yang dengan penuh percaya diri akan kebenaran jawaban yang kita punya, pada akhirnya tetap harus melewati pengecekan ulang oleh bapak ibu guru kita.

Kenapa?
Karena kita tau, kemampuan berhitung kita masih terbatas.
Karena kita tau, ilmu berhitung mereka jauh lebih mumpuni daripada kita.

Dan menariknya, aku mulai memahami hidup seperti matematika. Menyusun rencana hidup, memilih sebuah keputusan, semua kulakukan atas dasar pemahaman dan pengetahuanku tentang itu (yang sayangnya, seiring berjalannya waktu, seringkali keputusan kita berubah, karena bertambah/berubahnya pemahaman kita mengenai suatu hal).

Terus jadi mikir, kalo ilmuku masih terus berpeluang untuk bertambah, kepada siapa aku harus minta ngecekin hasil hitunganku, supaya ngga perlu salah lagi di kemudian hari?

--

Dan kemudian aku menemukan kalo ternyata Islam punya guideline untuk berhitung! Gaul aja.

Mungkin udah banyak yang tau mengenai istilah Istikharah (memohon kepada Allah petunjuk mengenai baik tidaknya sebuah keputusan). Tapi adakah yang tau tentang istilah Istisharah? Hampir sama dengan Istikharah, Istisharah adalah sebuah bentuk meminta pertimbangan mengenai baik tidaknya sebuah keputusan, namun ditujukan kepada orang yang kita anggap lebih bijak dan ahli.

Nah, dengan melakukan tahapan Istikharah maupun Istisharah, kita bisa mendapat hasil hitungan yang lebih tepat untuk kita :)

--

Btw, ku juga baru tau, ternyata shalat Istikharah itu ngga cuma dilakukan untuk menghadapi kebimbangan akan dua, atau tiga pilihan, tapi ternyata bisa juga untuk kamu yang sangat yakin dengan satu pilihan (karena selalu ada kondisi tidak dari ya, dan ya dari tidak).

Dan ternyata, shalat Istikharah itu ngga cuma buat kebimbangan yang berskala besar menggelegar kayak mau nerima lamaran nikah yang mana, tapi juga bisa dipake buat urusan kecil kayak "kalo aku mau jadi seorang Y, perlu kah aku ngambil mata kuliah X", atau semacam "dengan uang yang ku punya, mending beli barang itu apa engga".

Intinya sih, shalat Istikharah bukan sesuatu yang istimewa dan harus jarang dilakuin (karena biasanya yang jarang kesannya lebih istimewa :p), tapi justru lebih sering lebih baik. Kenapa? Karena pada hakikatnya usaha sekeras apapun ngga akan lengkap tanpa tawakkal (menyerahkan semuanya kepada Allah). Dan yang kubaru tau juga, soal tawakkal ini ngga selalu berada di akhir proses usaha, tapi justru berada di keseluruhan proses berusaha, di awal kita berdoa meminta yang terbaik, menyerahkan keputusan yang terbaik kepadaNya, ditengah kita berusaha semaksimal mungkin sambil terus meminta yang terbaik, dan di akhir kita serahkan lagi kepadaNya.

Kan toh Allah lebih tau dari kita. Ngga perlu takut kecewa sama keputusanNya :) Lagian di dalam do'a shalat Istikharah sendiri, udah lengkap banget wanti-wantinya.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا 
الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى
 “Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih
"Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginannya."
(HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya)

--

Sumber inspirasi:
1. Blognya Aiman Azlan
2. Tata cara shalat Istikharah dari sini

No comments:

Post a Comment